Apa Penyebab Psikologis Mengompol?

Daftar Isi:

Anonim

Membasahi tempat tidur adalah kondisi umum untuk anak di bawah usia enam tahun dan biasanya disebabkan oleh faktor fisiologis. Namun, mengompol, juga dikenal sebagai enuresis sekunder, bisa kembali pada masa remaja atau bahkan dewasa. Kondisi ini kemungkinan besar merupakan gejala stres psikologis, walaupun penyebab fisiologis, seperti infeksi kandung kemih, sebaiknya tidak dikesampingkan. Secara umum, penyebab mengompol berhubungan dengan kecemasan, stres hidup, dan kemungkinan trauma, baik di dalam maupun di luar rumah.

Video of the Day

Transisi Peran

->

Hari pertama sekolah adalah peristiwa yang sangat menegangkan bagi kebanyakan anak-anak.

Hidup sangat menegangkan bagi orang dewasa dan juga anak-anak, dan tidak ada yang lebih stres daripada mencoba peran dan tanggung jawab baru. Peralihan peran ini, seperti memasuki sekolah untuk pertama kalinya, sering memicu mengompol. Mengompol tidak beraksi, dan anak-anak harus tahu bahwa itu bukan "kesalahannya. "Penyebab umum lainnya termasuk kelahiran saudara kandung, atau, untuk orang dewasa, terlibat secara romantis untuk pertama kalinya atau melakukan pekerjaan baru yang hebat. Episode ini dapat membereskan masalah mereka sendiri, namun jika tidak, ahli anak Dr. Allan Greene merekomendasikan pengurangan stres melalui komunikasi terbuka dan menyediakan forum bagi anak-anak untuk merasa cukup aman untuk mengungkapkan perasaan mereka. Bagi orang dewasa, mengurangi stres dapat mengurangi tanggung jawab baru, seperti meditasi, yoga, olahraga teratur atau bergabung dengan komunitas orang yang berpikiran serupa dengan minat yang sama.

Masalah di Rumah

->

Membasahi tempat tidur juga berkorelasi dengan pelecehan.

Sering mengompol bisa dilihat sebagai tanda ketidaksadaran bahwa rumah bukanlah tempat yang aman untuk berada. Bagi anak-anak, ini bisa termasuk perceraian, pelecehan atau pengabaian dan bahkan respons terhadap alkoholisme dalam keluarga. American Academy of Pediatrics menunjukkan bahwa pelecehan seksual adalah faktor penentu enuresis sekunder lainnya, terutama pada remaja. Pola yang tidak menguntungkan ini bisa sulit dikenali oleh penyedia layanan karena tabu seputar pelaporan pelecehan dan pengompakan. Untuk orang dewasa, lingkungan yang tidak aman dapat menghalangi teman sekamar yang buruk. Dalam semua kasus, menjangkau orang dewasa yang dapat dipercaya melalui layanan sosial dan terapeutik merupakan langkah penting berikutnya untuk menemukan keamanan di rumah.

Gangguan Stres Pasca Trauma

->

Kecelakaan mobil dan kejadian traumatis lainnya dapat memicu PTSD. Mengompol juga bisa menjadi respons psikologis terhadap trauma. Bencana alam, perang, pemerkosaan, rawat inap tiba-tiba dan kematian dalam keluarga dapat memicu gangguan stres pasca-trauma (PTSD), kondisi yang melemahkan yang ditangani secara medis dan terapeutik.Dalam sebuah studi tahun 2000 yang diterbitkan di Jurnal Asosiasi Medis Israel, para periset mencatat bahwa anak-anak yang selamat dari kecelakaan mobil dan kemudian melaporkan mengompol juga dapat menunjukkan gejala PTSD lainnya. Dalam situasi yang merangsang trauma seperti ini, mengompol dianggap sebagai gejala regresif, menurut Pusat Informasi Kesehatan Mental Nasional. Sekali lagi, sering kali akan diceritakan, dan gejalanya bisa mengoreksi diri jika kehidupan rumah stabil dan aman. Jika gejalanya berlangsung selama 2 minggu, konseling sangat dianjurkan.